Saturday, June 2, 2012

Rizki yang Baik: 19 Oktober 1990

Ruh baru, terlahir dari pernikahan dua insan dan kepercayaan dari Rabb. Seorang lelaki kalem, tekun, dan menjunjung tinggi jiwa kesederhanaan meminang seorang wanita seniman sunda yang periang dan humoris. Mereka saling mengucap janji setia pada 20 November 1989. Ya, mereka adalah ayah dan ibu kandung saya. Dalam perjalanan cintanya, mereka di anugerahkan 4 orang buah hati sampai saat ini.

 

Nama saya Okky Khairurrizky. Saya lahir di sebuah rumah sakit di daerah Bandung yang sekarang terkenal karena di sebrangnya ada kaki lima yang menjual bebek goreng. Sekilas seperti judul lagu sebuah band fenomenal, saya lahir pada tanggal 19 Oktober 1990. Bandung, 19 Oktober.

 

Ibu bilang, Okky adalah singkatan dari nama bulan lahir saya. Dimana bulan Oktober menjadi bulan yang membahagiakan bagi kedua orang tua saya, karena saya lahir sebagai awal dari keturunan mereka berdua. Lalu kenapa nama belakang saya Khairurrizky? Ayah bilang, nama ini di dedikasikan untuk sebuah rizki akan betapa beruntungnya ayah mendapatkan wanita seperti ibu. Khair adalah bahasa arab yang artinya "baik". Rizqan atau rizki merupakan rezeki. Yang terbesit saat itu di benak ayah adalah kata khairul dan rizki. Beliau lalu menggabungkan keduanya dengan mengganti L menjadi R karena dalam tata bahasa arab "khairulrizki" tidak bisa disambung. Jika ingin disambung "lam" harus menjadi "ra". Selain itu, ayah mengganti I menjadi Y agar lebih modern katanya. Dan selesai, nama Okky Khairurrizky terpampang di akta kelahiran saya.

 

Nama yang susah bukan? Hmm.. Tak jarang banyak yang selalu salah menyebut nama saya. Yang menarik, saat kelas 3 SD ketika absen saya tiba, bu guru dengan enteng memanggil nama saya Okky Khairunnisa. Kebetulan nama saya terletak diatas Qoirunnisa, haha. Teman kecil saya yang bernama Runi.

 

Berbicara mengenai siapa saya, saya merupakan anak pertama dari 4 bersaudara. Saya kakak dari ketiga adik saya. Saya terlahir sehat, tinggi, namun tidak gemuk. Saya sangat menyayangi ibu, beliau orang terdekat bagi saya sampai detik ini. Ketika balita, tiap hendak tidur saya selalu memegang perut ibu. Pikiran polos kecil saya yang selalu berharap memiliki adik sebangun dari tidur. Saat kecil, saya selalu menjadi juri penengah dari ayah dan ibu yang sedang menonton TV. Mereka berdua menebak-nebak jawaban sebuah tayangan quiz malam, tetapi saya yang menentukan pemenangnya. Kita bertiga tertawa, saling menggelitiki dan hangat sebagai keluarga kecil yang sederhana.

 

Saya terlahir melankolis. Entah, sepertinya memang bawaan ayah yang analitis, rigid dan bawaan ibu yang artistik, ingin serba perfect karena beliau seniman. Dari gabungan sifat tersebut dan dari cinta mereka, saya mempelajari arti romantisme. Saya tumbuh dengan rasa ingin tahu yang tinggi, "eager to learn". Saya sangat gemar mengacak-acak keindahan dari segala perspektif di sekeliling saya, saya ingin tahu apa roman yang membentuk keindahan tersebut. Misalnya bunga, selalu timbul pertanyaan kok bunga nunjukin perasaan org? perjalanan cinta bunga ini gimana ya? Kok bisa jadi tanda cinta? Emang mereka punya kisah cinta yang indah ya? Dan makin timbul mengakar tentang pertanyaan-pertanyaan bodoh lainnya di pikiran saya untuk tahu pasti akan keberadaan romantisme di apapun itu dan bagaimana membentuknya. Sulit dimengerti sifat saya ini.

 

Selanjutnya, saya akan membahas mengenai asal-usul keluarga, masa kecil saya, sampai kisah sekarang mengenai warta, asa, persahabatan dan gelora muda yang hinggap di noktah kenangan saya. Anggap saja ini mini autobiografi tentang saya, hehe. Blog ini mungkin akan menjadi diary baru dan mainan baru. Saya ingin cerita semuanya disini, tapi saya tidak tahu pasti kapan akan melanjutkan ini. Karena saya kebetulan masih berkutat dengan kewajiban sebagai mahasiswa tingkat akhir. Tapi saya pasti menambahkan cerita, sekitar 1 atau 2 minggu mungkin akan bertambah satu-persatu (keep my words).

No comments:

Post a Comment