Saturday, September 1, 2012

Beak dengkak (Share)

Cerita sebelumnya tar yah dilanjutinnya, aku ingin sedikit curhat haha.. ya disini.
Sambil nunggu si negro juga kerumah. Aku hari ini mau memburu atmosfer garut ama barudak matkunyat tar jam 1 berangkat.
Ini tentang banyak instrumen hidupku akhir-akhir ini. Okay then, let's share it !


Waktu kini semakin pelit. Akhir-akhir ini aku disibukkan oleh pekerjaan kejar tayang bernama "skripsi."
Aku masih bab 4 jalan, sementara sidang tanggal 26 september ini. Aku berkutat dengannya, ia bisa disebut pacar kontrakku.
Aku pun memberinya nama "skripsisetanbangetkehednyamintaampun". Dia memang cantik, dia mahakarya.
Kecantikannya dapat melumpuhkan setiap kingkong. Dia menyebalkan, selalu ingin diberi pengertian khusus tanpa kompromi untukku.
Sialnya, aku ini hanya mahasiswa tingkat akhir yang mudah larut dalam suasana yang melenakan.
Banyak nyantainya daripada nyentuh bilah keyboard "sileptopeichpipanasan" ku.

Aku lelah bercinta dengannya, tapi aku candu padanya. Dia ngasih clue untukku, semakin banyak clue yang harus dipecahkan semakin seru mencarinya.
Ya, aku bekerja layaknya detektif. Working like a dog, even i wanna sleep like a log...
Ini membuatku mudah emosi, naik darah, marah2 ga jelas... teungteuingeun lah pokoknya.
Band aku marahin, barudak aku marahin, sering banget sentimental.

Terus selain faktor itu, akupun dipusingkan oleh aktivitas band.
Band aku alhamdulillah udah dalam perjalanan dengan sebuah label. Mereka dgn senang hati mau ngebiayain segala proses administrasi kita,
seperti tracking, bikin album, video klip, dll. Ntar judgement day nya tgl 9 ini.. Sehari sebelum bimbingan tgl 10.
Shit i stoked this september. Aku ga ngerasain one tender august night tapi dia datang cepet, dengan hujan sebagai intronya kemaren!

Aku teh bodoh teuing naon, setelah dapet berita itu dari vinda, aku malah marah2 ke vinda.. maafin nda.
"kmu harus ngertiin kerjaan2 oky ama inyong nda, kita sibuk banget." bodoh ya? padahal kan rezeki.
Aku sadar setelah inyong bikin note tentang kesibukannya. Dia disana membahas label ini juga.
Aku langsung minta maaf ke vinda, dan langung bikin pertemuan personil malemnya untuk bicarain ini.

Trus dirumah, aku disuruh makan ngambek, teu puguh pisan. Aku berat pikiran kemana-mana...

Dasar lelah ini begitu nyiksa. Otak ama suasana hati teh bener2 diombang-ambing.
Otak pinuh, hate beak dengkak. hahahahaha!! makanya kenapa hari ini aku berencana ke garut ama barudak.
Aku pengen ini jadi liburan awal yang jadi akhir untuk bulan ini aja.
Sebelumnya emg rencana ini udah diagendakan sih. Aku sempet bilang gakan ikut karena mlm nya bentrok dengan arsenal.
Tapi pembicaraan di grup membuatku iri, dan kebetulan.. nobar hari ini diliburkan.
Aku bilang aja kabar baik aku bisa ikut. Eeeeeh.. pek teh diantep.
Ngadat lagi deh, aku bikin recent updates, dan segal ucapan2 kesel. Padahl teu pira...can kawaro.
Hmmm.. maaf barudak.

Ya.. begitu. Sekarang aku hanya bisa usaha nyusun ampe mumet, jalanin proyekan band, dan jalan2 ama barudak.
Aku harus bisa ngimbangin itu di tiap rintik harmoni langit september ini.

Semoga....postingan ini bermanfaat buat universitas !

Romeo out.

Saturday, August 25, 2012

Lembut Keras (i)

A little tale from a gypsy.

Di postingan ini saya nya diganti pake aku ya. enak ternyata, kesannya formal, hehe.
Oke, let's start this.. Ketika pertama kali dilahirkan, aku merasa sangat berhutang budi pada nenek (dari ayahku).
Karena pada masa kecil itu ibu tidak memiliki banyak waktu untuk ia luangkan denganku. Ibu terlalu sibuk menjalani pekerjaannya sebagai apoteker.
Beliau melakukan itu untuk mencari uang agar aku tumbuh besar dengan layak.. seperti anak-anak lain seusiaku.
Selama 2 tahun kurang aku dibesarkan oleh kasih sayang nenek. Aku digendongnya, digantikan popok, dikelonin, pokoknya kalo mengingat itu aku mungkin
akan ingat sosok beliau. Nenek sepertinya suka akan rengekanku saat bayi, karena beliau tidak pernah terlihat lelah dan selalu terlihat senang dengan
adanya aku sebagai ruh baru penerus generasinya. Maklum... saat itu aku adalah cucu pertama nenek. Gak kebayang memang senengnya punya turunan kayak gimana.

Aku besar dengan sebuah radio usang, kotak kecil yg selalu nenek simpan disamping telingaku. Yang diputar adalah lagu-lagu jaman holandia.
Wieteke van Dort, Rudi van Dalm, kadang juga Sinatra, sampai simfoni klasik Ludwig v.Beethoven.
Bahkan iramanya sampai saat ini masih terngiang di telingaku. Aku dibesarkan dengan penuh kelembutan, tawa bayi ku, dan kesabaran nenek.
Nenek tidak pernah absen di setiap pagi dan siangku. Jelang malam, aku milik ibu sepenuhnya layaknya bayi biasa yg kerjaannya tidur, makan, dimanjain.
Di usia 2 tahun, aku sudah bisa berjalan. Bahkan aku sudah bisa berbahasa inggris. Aku masih ingat bahasa inggris yang kuucap pertama kali adalah "new"
Hahaha, ya sebuah iklan di tv tentang kaset mancanegara hits best of the best, dimana aku lihat michael jackson moonwalking sekilas di iklan tersebut.
Akupun sudah bisa membaca buku cerita bergambar. Aku tumbuh dengan cerita tintin, asterix, buku belgia karangan lupin. Siang aku melihat gambarnya,
membacanya di apotek ibu sembari menungguinya bekerja. Ketika belum datang pembeli, ibu mengajariku membaca sedikit-sedikit dan aku ikuti.
Pun malamnya, ayah selalu aku minta berdongeng, beliau mah beda. Berceritanya tentang jaka tarub, mahabrata, lutung kasarung, dll. sebelum aku tidur.
Siang aku dijejali cerita luar negeri, malamnya epic story hahaha. Itupun salah satu makanya kenapa sampai kini aku senang sekali berdongeng.
Sahabat-sahabat dekatku selalu mengingatku sebagai si pendongeng daripada pemusik. Karena tiap aku selalu
cerita diselingi petikan gitarku layaknya seorang gypsi rumania rapuh dengan baladanya. Kadang diselingi canda, kadang mereka mengajukan suatu kata
yang harus aku kembangkan menjadi judul dan cerita malam. Jadi, jangan beri aku kata untuk dikembangkan menjadi judul ya, hehe.
Ini semua karena kadang, aku ingin bercerita namun tak ada lawan bicara di gelap sunyi ruang ini.
Udah ah jadi mellow, balik lagi ke cerita ah :))

Aku dididik secara rumahan, aku tidak terlalu mengenal dunia luar ketika kecil. Aku keasyikan sendiri dengan musik dan buku cerita.
Kalo jaman sekarang mungkin dibilang autis ama orang lain, hahahahaha.. Tapi kadang ampe sekarang masih sih, tapi ga kebangetan.
Aku udah punya banyak temen2 yg sering maen ksini, aku jailin, aku nasihatin kalo nyimpang (padahal sendirinya nakal..) hahaha.
Masa kecil itu mungkin yang membuat aku sangat berhati-hati terhadap afeksi eksternal terhadap hidupku. Aku tidak terlalu nyaman dengan orang yg belum aku
kenal secara baik. Simple karena aku bisa melihat orang itu baik cukup dari antusiasme pembicaraannya denganku dan sedikit aksen senyum simpul darinya.
Nah, di usia 2 tahun ini aku sering banget liat iklan susu bayi. Tapi aku ga suka susu, karena pernah ada satu produk yg enek banget dan ngerubah stigmaku
tentang susu bahwa susu putih itu, TEU NGEUNAH!! hahahahaha. Susu lain mah suka asal jangan susu putih, hoekkks!
Di iklan susu ini aku lihat ibu2 mejadi pemerannya. Aku mulai berpikir kok perut ibu itu besar, sama seperti perut ibuku.
Ketika di akhir cerita itu aku lihat seorang bayi didalam perut aku mendekat ke arah TV "seeeeet!" Kok aneh, ada anak yg lebih kecil dariku dlm perut.
Akhirnya ibuku bilang "ini juga sama ky, tar kamu punya adik nak asikk!" aku tersenyum bahagiaaa sekali!! mungkin saat itu senyum tergantengku seumur hidup
yesss..asik pokonya punya adik~! Setiap tidur aku disamping ibu, dan hobi favoritku adalah memegang perut ibu. Aku merasakan tendangan2 disana,
kadang kepalaku disimpan di perut ibu daaaan... habek!! ketendang kepalaku sialan! tapi itu mengasyikan~ hahaha..

Akhirnya, tiba waktunya adikku akan lahir. Aku sangat rewel karena aku ingin selalu disamping ibu sampai adikku keluar. Aku sayang ibuku.
Aku tak ingin apa-apa terjadi pada ibu dan adikku. Tapi finally, ayah meredakan kenakalanku dengan membelikan...... membelikan apa cobaaaaa~?


next posting we meet again!! haha good day to you readers, stalkers, or maybe my future wife! :))))))

Thursday, August 23, 2012

Histoire de Ma Vie (iii)

A Rocknroll Heart. (lanjutan histoire dmv ii)

 

...kamipun berangkat menuju gunung tersebut. Tapi dalam seperempat perjalanan, nenek tiba-tiba mengatakan hal aneh kepada kita.
Kita akan segera sampai 15 menit lagi kata beliau. Hah?! Kita bertiga pun terperangah mendengarnya.. Mana mungkin? gunungnya aja belum keliatan.
Kita masih di perkotaan, di depan tukang asong air mineral dan hiruk pikuk lalu lintas. Nenek pun melanjutkan katanya, jika kita percaya dan tak gontai
itu terjadi. Saya dan kedua saudara saya tidak mengerti, namun mengiyakan. Mungkin itu adalah ritual orang zaman dulu.
Ketika kami berjalan, bercanda tawa, kadang diselingi beberapa hal usil di tengah perjalanan. Percaya gak percaya, benar saja..
Ternyata seketika kami sudah melewati 2 gunung tanpa terasa sama sekali. Ini bohong bagiku.. Tapi nyata pada realitanya.
Memang tidak 15 menit, tapi memang sebentar sekali rasanya. Namun, ketika pulang semua terasa berat, hampir separuh waktu kami melaluinya.
Kesimpulannya, saya akan selalu ingat ucapan beliau, "Jika kita yakin dan melewatinya dengan gembira tanpa beban, apapun akan sangat mungkin terjadi."

Kini saatnya ke topik utama, ibu. Beliau anak ke-3 dari kakek dan nenek. Ibuku sangat sunda sekali. Ibu sama sekali tidak mengerti bahasa inggris.
Ibu sangat cinta kesundaannya dan tidak mau terkontaminasi westernity. Namun dibalik itu beliau ingin semua anaknya mengerti bahasa universal agar ga
ketinggalan jaman. Ibu kecil merupakan seorang mojang, sangat aktif dalam bidang kesenian sunda. Ibu menggeluti jaipongan, tari pola yang masih sakral
nilainya bagi keluarga besar kami. Ironis mengingat saat ini jaipong perlahan dilarang pemerintah, padahal jaipongan adalah tarian yang menggunakan
pola, bukan sembarang koreografi. Musik pengiringnya pun bukan musik biasa. Musik yang dimainkan pengiringnya adalah musik berbau kultur.
Kultur yang berhubungan dengan religi. Hubungan langsung antara ucapan syukur melalui kreasi dengan Tuhan. Mereka yang tidak mengerti mungkin
menganggap kami yg berprofesi sebagai seniman ini gila. Tapi memang benar, tak dapat disangkal bahwa istilah musik, budaya adalah agamaku.
Kontroversial memang, terserah..kalian tidak mengerti.Mereka yang mengerti agama belum tentu mengerti seni budaya,
tapi kami melalui seni budaya sudah tentu mengerti agama. Bilal pun jika adzannya tidak menggunakan nada, getar ke-khusyu-an sebuah panggilan shalat
akan percuma. Penari, musisi, gak mungkin bisa berestetika dgn indah tanpa gerakan yang diizinkan-Nya. Kami berkreasi dengan hati,
"gusti, lamun ieu rizkina abdi..lancarkeun elmu abdi supados tiasa ngabubungah nu nganikmatan. keun sabaraha2 na mah nu penting abdi maen pake rasa, mugi pahala kanggo samudaya.."

Loh hahaha jadi ngomongin seni, maaf ya saya emosional dan akan sensitif ketika berbicara seni. " Da aing diparaban seni ti lemet keneh" kasarnya mah.
Oke, beranjak dewasa ibu mengenal dunia kerja, ibuku bekerja sebagai apoteker. Beliau ahli sekali soal obat,  makanya kenapa kalo anak2nya sakit
riweuhnya ibu bukan main.. dipanggil gak denger aja langsung disuruh ke THT. Hemmmh --"
Semasa kecil saya selalu menemani ibu kerja di apotek, nama apoteknya "lucas". Tapi setelah aswin (adik pertama saya) lahir, ibu berhenti dari segala
aktivitasnya dan menjadi ibu rumah tangga. Saat berusia 4 tahun ibu menyuguhkan saya musik2 kahitna, andre hehanusa, maribeth, dll. yg membuat saya
menyukai nada tinggi. Hasilnya, sampai saat ini kalo nyanyi range-nya pasti 2 oktaf diatas nada dasar. Usia 6 tahun saya didaftarkan ibu menjadi
anggota vokal grup, latihannya di RRI. Tapi gak lama, saya cengeng bgt soalnya, kalo latian ditinggal ibu suka tiba2 ngejar saat latihan. hahahaha
malu juga inget dulu.

Ibu sangat mendidiku untuk mencintai seni. Mengenalkan angklung saat saya TK. Bahkan ketika perpisahan saya menyanyikan lagu sunda di TK. Hahaha
Saat itu saya masih ingat sekali saya berduet dengan si Bima tattoo! What a ! Yeah, kolaborasi terlucu. Bima skrg sekampus denganku sampai skrg.
Selain di sekolah, saya pun dijejali seni beranjak besar. Tapi ini beda, ini grunge.. Kalian tau rock 'n roll? Blues? Oi! ??
Yup, di rumah ini saat itu ditinggali om2 saya, adik2 ibu yg masih SMA. Mereka nakal2 dan usil sering membawa teman2nya ke rumah.
Tapi om saya sangat nyaah ke saya, saya kecil diajak gigitaran nyanyi bareng. Teman2nya pun sangat apet karena saya berhasil membawakan bento
untuk mereka saat itu! Mereka bilang saya aneh.. Saya pendiam, saya hanya ikut duduk depan mereka tanpa sepatah kata pun berbicara dgn mereka.
Saya hanya memperhatikan bagaimana cara mereka bermain dari satu nada ke nada yg lain. Pandangan saya datar, namun apreggio telinga saya dengan
seksama merekamnya. Otak saya bodoh, tapi tidak dengan apreggio ini. Saya belajar instrumen memakai telinga dan antusiasme hati.
Saya sadar tergolong tidak mampu untuk les gitar. Lagian saya benci keadaan ramai diantara para borjuis2. Saya lebih baik sendiri dirumah iseng
cari nada lewat gitar. Ketika mereka menugas, saya pegang gitar itu, dan memainkan blues sebuah bento untuk mereka.
I love this! I love every moves on my finger. I love guitar, i don't know why but i love it.

Perlahan-lahan sekumpulan mereka dan cara mereka menikmati hidup dengan musik menjadi gaya hidup untuk saya.
Saya mulai menyobekkan celana saya sampai ibu marah, saya beli coklat rokok digantung di mulut sambil bermain gitar.
Mereka jahat, mereka menyodorkan saya jimi hendrix, iwan fals, nirvana, eric clapton. Stigma saya berubah.
Dari pecinta evergreen (love song harmonies) jadi revolutionary musician. Setelah SMP ayah memperlihatkanku foto
ketika masih berusia 2 tahun memangku gitar. Aku disuguhi the beatles oleh ayah, makin berwarna lah sudah otak ini penuh sampah nada.

Well, saya mencintai mereka. Gitar, ayah, ibu, kakek-nenek, adik2 ayah dan ibu. Saya hidup dengan ini, jgn pernah ambil mereka.
Di blog selanjutnya saya akan bercerita tentang apa ya? Tentang masa kecil deh. Janji..
Masa kecil saya ga seindah kalian.. Kalian yang ceria karena mainan plastik dan kemewahan. Judulnya " Lembut Keras."
Makasih yaaa ! Yang mau kenal lebih deket sini ayo main aja ke rumah, saya milik kalian ketika disini.
Kamarku adalah kamar kalian, orangtuaku adalah orangtua kalian juga. disini ;)

Friday, July 6, 2012

Table Manner of Love (Dad Advices)

"ga ada orang yg mau dianggap salah.
semua org gamau. jalan paling baik berdiem diri."

"kamu jangan peduliin kata orang, bebas aja gaul ama siapapun gimana kamu. ilmu itu. terus jalin hubungan emosional dgn mereka, kamu selangkah lebih ngerti hidup dibanding org yg mencibir kamu."

"ayah bangga kmu banggain si ceket, meski tmen2 kmu yg lain pake yg lebih, tapi kmu kekeuh. itu cinta. syukur."

"cinta itu gak harus memaksakan iya."

"cari istri yang baja. Yang mau sama2 nyari segalanya ama kamu.
Bukan ngabisin."

"cari yang nantinya bisa ngejaga harta kamu, nama baik kamu."

"kamu ga usah karena hal kecil yg namanya wanita
semua berantakan. selesain tugas kamu. itu kewjiban kamu sekarang."

"ada waktunya semua yg kamu ingin ngikutin."

"ada waktunya ayah ngidolain kamu di kursi paling depan."

"ibu, kamu, adik2 kamu ga harus patuh ama ayah.
kalian tau mana yang baik buat kalian."

"kmu merokok waktu sma pun. ayah ga marah.
ayah tanya, apa ngerokok itu baik buat kmu?
kalo baik ya merokoklah, tp apa guru2 kmu ga larang?
kmu ngerti sendiri anak sma tugasnya apa. ya kan?"

"anak itu tanggung jawab, kamu harus kasih makan darah kamu. kamu pikirin dulu istri ama anak kamu sblum di krjaan beli daging untuk sendiri."

"pernikahan itu bukan main-main. malaikat yang turun nyaksiin kalian nyatu."

"cari wanita yang ngerti dasar rumah tangga. arti anak kalian, arti kebersamaan."

"kelak kamu punya istri..
Jangan pernah batasi dia. kalo dia emg tau dasarnya, dia pasti ngerti sendiri."

"kamu gabisa rubah watak, pembawaan, kesukaan wanita semau kamu, kamu sendiri udah ngerti itu kepuasan orang."

"pesan ayah dari dulu, yg kmu harus inget:
'selama itu baik buat kamu, jalani. kamu harus seneng..' bilang gtu trus ke siapapun pacar kmu."

------i'll be remember his advice. and whatever.. saya selalu bebas hyg bebas. kamu juga jug bebas. kita semua ingin bebas.

dan senang dengan batas yg kita udah ngerti sendiri tanpa harus saling menggurui. selama hati kita semua selalu menyatu, itulah hidup kita. penuh cerita tentang kita.-----------

Tuesday, July 3, 2012

Historie de Ma Vie (ii)

Ibu, malaikat nyata yang selalu menguatkan mimpi, harapan, dan pribadi saya sebagai persona. Sifat beliau adalah oposit dari sifat ayah.
Ibu periang sekali, rajin tertawa membuatnya nampak muda. Lalu, pengertian, cerewet, sederhanya beliau adalah modis di mata saya.
Namun terkadang beliau sering melemparkan sindiran ketika saya malas, bandel, atau apalah yang dimata beliau kurang baik.
Dara yang jelita ini lahir di Bandung 18 November. Nyonya di rumah ini lahir dari kakek yang seorang petualang, pemancing ikan ulung dari sunda,
dan dari nenek, seorang atlet, juga aktivis pro-wanita. Di dalam darah nenek terdapat gen sunda kental dari buyut medio lalu.
Penuh syukur karena tahu di nadi ini mengalir darah Sunda.
Ya, hipotesisnya menyimpulkan "terdapat pengaruh jawa(30%)-padang(20%)-sunda(50%) di raga penulis."

Kakek merupakan sosok idola saya semasa kecil. Saya kerap lari-larian di halaman rumah kakek semasa kecil.
Saya lincah sekali, tak jarang kakek memarahi saya dengan menakut-nakuti 'a la sepuh' agar saya takut dan berhenti panas-panasan (pantes item *tapi manis ah :p*).
Kakek raja mancing, saya senang waktu kecil seringkali diajak beliau mencari tempat mancing di berbagai penjuru Jawa.
Mengasyikan menangkap ikan. Apalagi memainkannya di 'jolang' setelah berhasil menangkap.
Koleksi alat mancing di kamar beliau sangat lengkap. Dari alat yang paling kuno hanya kayu dan kail sampai yang roller modern ada.
Favorit saya adalah yang berwarna hijau. Tak usah ditanya kenapa lagi, karena saya memang pecinta warna hijau. Sangat.

Saya tidak tahu sejarah cinta beliau dan nenek sehingga bisa bertemu, jadi mari kita langsung bercerita singkat tentang nenek.
Nenek merupakan multi-talenta, pecinta anak-anak (tak pernah ragu mengatakannya). Nenek seorang atlet pingpong, atletik, terkadang berkecimpung dalam kesenian kontemporer.
Beliau lincah sekali. Itu menurun pada saya. Efeknya yang sering berolahraga membuat beliau sampai saat ini masih terlihat sehat sekali meski usianya makin menua.
Nenek wanita yang sangat aktif dalam organisasi. Organisasi apapun itu mungkin akan tertera sangat lengkap jika dibuat curiculum vitae-nya.
Beliau sangat pro dalam pemberlakuan hak asasi wanita. Sangat emansipatif. Itu yang membuat saya tidak berani kasar terhadap wanita.
Wanita sama, bahkan mereka hebat, sehingga ber-inisiatif dan merasa perlu melakukan usaha pembelaan khusus agar diakui sekitar.
Kalau be rude terhadap hawa sama saja seperti saya menginjak karya nenek jika dianalogikan. Hidup mungkin pendek, tapi karya..itu panjang usianya.
Sampai saat ini nenek sangat diakui dan mendapat respek di mata warga.
Maka itu, keluarga kami sangat disorot di daerah ini karena keluarga ibu sangat memiliki esensi 'artis' daerah.
Anak-anak nenek cantik-cantik dan membanggakan, kadang kami dinilai keluarga paling kaya di rayon ini karena semua kelihatan sejahtera.
Jadi kalau keluarga saya nakal sedikit saja pasti jadi bahan gosip tetangga. Pun mengingat ayah melengkapi kesempurnaan keluarga dan menjabat sebagai juru bicara pak RW.
Malu saya kalau ketahuan nakal, pasti keluarga kena damprat dan panas kuping. Jengah bukan?

Well, nenek hobi sekali berekreasi ke alam jika waktu senggang. Saya dan saudara2 saya kerap dibawa mengelilingi pegunungan, tempat rekreasi, berenang di alam bebas, dan lain-lain.
Sensasi tersendiri untuk selalu membumi dan melakukan resistensi anti kesenjangan dibalik tingginya ekspektasi dan respek sekitar terhadap keluarga kami.
Ada cerita menarik, pernah saya berempat berpetualang ke suatu gunung (saya lupa namanya).
Nenek, putri (anak ua alis), dani (anak ua alit), dan saya (anak bu lina *a nya dibelakang*). Kami bertiga bocah kecil yang haus misteri.
Kami saat itu berusia dibawah 10 tahun, tapi kami 'begag' sudah penasaran hal-hal yang berbau mistis dan sering bercerita jika mengalaminya.
Akhirnya nenek mengajak kami. dan...































Bersambung... (ngantuuuuuk~ lain hari lagi ya! hehe)

 

Oya.. tepat tanggal ini, 4 Juli, yang mana diperingati juga sebagai 'Independence Day' nya USA (United States of A(wkward)merican) adik saya bernama Aditya Rasyad (Ieo) lahir. Tahun ini ieo genap 8 tahun. Ia sudah lumayan fasih bermain gitar loh, karena tiap malam sering main ke 'sarang tongeret' saya. Apalagi menyoal internet dia kebilang udah master diantara kalangan anak seusianya. Jago banget. Ya..Segala harapan terbaik, dan 'kemerdekaan yang lebih merdeka dari USA' semoga menyertainya di tahun ini.

Amin.

Ini kado sederhana dari mas oky. Semoga seiring bertambahnya usia kamu mengerti dan membaca blog ini, jagoanku...

Tuesday, June 12, 2012

Histoire de Ma Vie (i)

Ayah, beliau banyak memberi saya influence dalam hidup ini. Sifatnya yang pendiam, kalem, dan lain-lain dari diri beliau, melekat pada saya.
Ayah kecil, lahir di Bandung pada 19 Agustus. Ayah lahir dari kakek yang seorang pejuang/seniman dari jawa, dan dari nenek seorang gadis dari padang.
Di tubuh ini darah jawa-padang mengalir, terasa melalui budaya yang menjadi sifat dan kebiasaan.

Kakek merupakan sosok yang mengagumkan tutur ayah saya. Beliau berjuang demi kecintaannya terhadap seni, wanita yang dicintainya, dan negara.
Kakek seorang pejuang seniman jawa, bisa disebut artistik karena beliau memiliki keahlian bernyanyi, fasih memainkan instrumen daerah, dan gerakan gestur menari jawa (saya lupa namanya apa..).
Dengan itu begitu mudah bagi beliau untuk memikat setiap penonton disekitarnya. Namun, semua berubah ketika nippon menjajah negeri ini.
Beliau berjuang berkeliling Indonesia hanya untuk menyembunyikan diri dari buruan nippon yang sangat tidak menyukai seni tradisional.
Sesekali kakek melakukan perlawanan yang membuat nippon geram. Namun, kakek lincah. Beliau diberkahi ayahnya ilmu yang dipercayai zaman dahulu.
Sampai akhirnya kakek bertemu dengan nenek di kota Padang. Ia jatuh cinta pada nenek, anak gadis Padang yang berbaik hati memberikan perlindungan.
Ketika cinta dan ketulusan kasih sayang berbicara, mereka berdua memutuskan untuk menjalin ikatan sehidup semati dan lari ke Bandung, sebuah kota yang masih terbilang bersih akan nippon.

Singkatnya, peperangan usai dan keberadaan kakek juga nenek tidak terdeteksi oleh nippon. Dalam perjalanan cintanya, beliau dikaruniakan 5 buah hati.
Keluarga kakek terbilang hidup serba berkecukupan, karena tidak ada pegangan hidup mengingat kondisi yang jauh dari kedua orang tua dan sudah mengemban tugas sebagai suatu keluarga.
Ayahku adalah anak pertama. Saat kecil, ayah selalu membantu kakek yang pada akhir usianya memutuskan untuk menjadi tukang cukur.
Ayah menyapu rambut-rambut pelanggan yang berdatangan ke tempat cukur kakek dan menemani kakek pulang pada waktu magrib.
Ayah selalu dibangunkan dari bale bambu tiap subuh, karena bale bambu tersebut hanyalah satu-satunya tempat kakek melaksanakan shalat.
Tiba pada saatnya ke empat adik ayah lahir, ayah menyadari bahwa tanggungan keluarga sangatlah berat.
Maka ayah pun memutuskan untuk bekerja sambilan sejak SMP untuk menjadi loper koran pagi.

Tiba suatu ketika, saat adik perempuan ayah yang pertama sedang pergi ke Jawa karena diajak liburan sekolah oleh adik kakek, malamnya kakek menanyakan dimana adikmu kepada ayah saya.
Kakek bertanya sambil memegang nadinya, dan bilang "aku sepertinya tidak akan bertemu dengan adikmu." ayahpun kaget namun tidak membawa statemen itu terlalu serius.
Dan menyarankan kakek untuk tidak bekerja dulu esok hari.
Pada pagi hari, ayah baru saja selesai mengantar koran ke tiap perumahan, beliau harus segera pulang untuk mempersiapkan pakaian sekolah siangnya. Ayah pulang dengan sepeda kecilnya, hasil rakitan kakek.
Namun dari kejauhan, ayah melihat keanehan yang terjadi, karena dirumahnya banyak orang-orang yang berkumpul.
Pada saat itu pula ayah mengayuh sepeda dengan kencangnya tanpa menghiraukan bebatuan di jalan yang terbilang masih belum layak pada saat itu. Sesekali ayah terjatuh, sampai pada akhirnya ayah sampai juga ke rumah.
Ketika sampai, ayah kaget karena bapaknya yang selalu mengajari berbagai nilai kehidupan telah dipanggil oleh Allah SWT.
Ingin rasanya ayah menangis, namun paman Pardi bilang "kamu laki-laki, kamu ga boleh nangis.ya?" ayahpun mengangguk tegar.

Sepeninggal kakek, ayah otomatis harus menghidupi keluarga sebagai kepala keluarga baru dari seorang ibu dan ke-4 adiknya.
Ayah terus meloper tiap pagi, terkadang ditemani adik laki-lakinya. Tiba pada saatnya krisis menimpa keluarga sederhana ayah, ada satu peninggalan dari kakek.
Kakek mewarisi cermin meja cukur antiknya. Nenek pun meminta ayah untuk menjualnya karena untuk memenuhi biaya hidup keluarga.
Yang saya kagumi dari ayah adalah rasa tanggung jawabnya yang besar.
Ayah terbilang paling pintar di sekolah, nilainya pun tak pernah mengecewakan, meski nenek tak pernah tahu bagaimana dan berapa nilai ayah.
Nenek seorang yang taat sekali pada agama. Beliau menekankan fiqih pada kelima anaknya. Nenek sangat percaya pegangannya untuk keluarga adalah do'a nya serta do'a dari anak-anaknya.
Nenek kurang bisa membaca, karena pada zamannya nenek belum ada sekolah. Nenek terbilang keras pada anak-anaknya menyoal pendidikan. Nenek ingin semua kedua anak lelaki dan ketiga anak putrinya bisa mengenyam bangku sekolah.
Maka suatu ketika nenek mendapat panggilan dari sekolah, nenek marah pada ayah saya.
"Kamu berbuat apa sampai aku harus dipanggil ke sekolah?" ujarnya. Namun ayah yang kalem hanya bilang "Kita lihat besok, mak."
Ternyata, ayah dipanggil karena mendapatkan beasiswa dan bebas biaya sekolah selama SMA. Nenek tidak mengerti apa itu beasiswa, namun ayah yakin hati kecil nenek pasti tersenyum bangga.

Nenek pun merupakan sosok ibu yang bijaksana. Ketika dirumah hanya memiliki satu butir telur ayam. Nenek mendadarnya, kemudian dibagi 6.
Dengan segala keterbatasan, rumah tanpa cahaya lampu, keluarga ini harus tetap bertahan baginya. Nenek pun membuka jasa pencucian bagi tentara pribumi.
Ketiga putrinya senantiasa membantu nenek bekerja. Namun, ada saat menyedihkan ketika keluarga sedang membutuhkan sekali biaya sehari-hari.
Nenek dan ketiga adik ayah ditipu oleh tentara setelah pakaian mereka beres dicuci. Saat ketiga putrinya menangis, nenek mengajarkan ilmu ikhlas, bahwa rizki itu akan datang lewat mana saja.

Kisah SMA ayah, ayah tergolong siswa biasa, tidak berusaha untuk terkenal. Beliau membiarkan terkenal sendiri yang menghampirinya.
Beliau memiliki sedikit teman karena pada saat itu perbedaan status sosial masih meruncing di kalangan remaja.
Namun perlahan semua terbukti, beliau terkenal karena intelegensia nya. Banyaknya teman wanita yang selalu mengajak ayah belajar bersama tidak membuat ayah berubah.
Nenek yang kebanyakan memarahi teman wanita ayah, haha. "Kamu udah izin dan makan belum, kalau belum izin ama orangtuamu besok ga boleh kesini lagi ya?" ucapnya.
Ayah makin pintar, sesekali mendapat tip belajar dari orang tua teman wanitanya. Kepintaran merupakan sex appeal ayah yang jarang bicara.
Lama kelamaan ayah terkenal di kalangan sekolah, dan mulai diajak bergabung oleh teman satu sekolahnya untuk memberikan dukungan mengantisipasi orde baru.
Malam hari ayah memutuskan menginap bersama di sekolah untuk berdemo, ketika itu polisi dan tentara menyerang sekolah ayah karena demo yang tidak wajar.
Seluruh siswa membuat lingkaran, saling menggenggam tangan sambil menyanyikan hymne pelajar. Mereka pasrah hanya demi dan untuk negara.
Pada akhirnya semuanya dipenjara selama satu hari. Nenek pun khawatir kenapa anaknya tidak pulang, karena pada saat itu belum ada alat komunikasi selular.
Ketika pulang, ayah terpaksa berbohong menginap di rumah teman, karena bila bercerita beliau dipenjara selama satu hari karena pemberontakan pasti nenek marah besar.

Singkatnya, ayah akhirnya bekerja di suatu perusahaan telekomunikasi setelah berhasil lulus dengan nilai yang bagi saya sangat memuaskan, dan perlahan-lahan membantu kehidupan keluarga, menyekolahkan adik-adiknya dan menjawab tanggungannya sebagai kepala keluarga.
Kini ayah menhjelang pensiun, merangkap sebagai asisten pak Amir (RW) di daerah saya. Sosok ayah disegani dan dihormati oleh warga disini.
Adik perempuan ayah yang pertama bekerja sebagai karyawan perusahaan tekstil milik seorang 'nci' yang berbaik hati mengangkatnya jadi anak asuh. Adik perempuan kedua ayah, sebagai guru SD negeri.
Adik lelaki ayah sebagai kartunis, lulusan sarjana seni rupa IKIP (sekarang UPI). Dan adik bungsu ayah seorang putri, kini tinggal di rumah saya dan ia sedang melanjutkan kuliah nya sebagai sarjana pendidikan dibalik profesinya sebagai guru TK islam.
Like father like son, sifat kakek yang mencintai seni sebagai ungkapan ekspresi dan emosi dan sifat ayah yang kalem, lebih mengandalkan otak daripada eksistensi serta pengakuan sekitar menjelma perlahan pada sifat saya.
Saya pun merasa beruntung sempat merasa dibesarkan oleh pelukan nenek, karena saya cucu pertama bagi nenek. Saya sangat terpukul ketika nenek meninggalkan kita semua tahun lalu.
Saya merasa belum menjadi siapa-siapa sebagai sosok yang begitu beliau banggakan saat kecil. Ayahpun sama, beliau terlihat kuat dan tegar saat sampai menguburkan almarhumah.
Namun saat malam hari, ayah menangis karena beliau telah ditinggal oleh kedua orang yang membesarkannya. Kini ayah hanya memiliki kami (anak-anaknya) untuk meringankan beban beliau.

Cerita tentang keluarga ayah sampai disini. Blog selanjutnya saya akan bercerita tentang darah sunda kental yang mengalir dari seorang ibu yang sangat cantik.
Tentang bagaimana seni menjadi pilihan hidup saya sampai nanti dan tentang kisah cinta ayah dan ibu, dimana kedua karakter yang bertolak belakang bersatu melangkah bersama.

I'm proud to be a part of their story, with hopes and prays for my deceased grandpa & grandma, as always.

Tuesday, June 5, 2012

The Unstable Librans

Sebenarnya, saya rada enggan untuk membahas bawaan lahir dan fisik. Tapi berhubung masih berkenaan dengan lahir, saya akan bahas sedikit. Lagipula, saya lebih tertarik membahas inner beauty dan pesona intelektualitas.
Saya tipikal lelaki yang tidak terlalu menomor satukan tampilan, tapi selalu ingin mencoba hal baru dalam urusan tampilan.
Saya seorang librans. Penimbang, penuh perhitungan, mungkin itu yang menyebabkan saya selalu terjebak dilema, namun kadang terlalu ceroboh untuk mengambil sebuah keputusan. Rasa ingin selalu memikat, memancarkan daya tarik, dan mencintai keindahan sudah menjadi bawaan lahir sepertinya.
Segala perspektif yang orang lain hadapkan sebagai pilihan, di mata saya selalu membingungkan. Karena terkadang, setiap opsi pilihan bagi saya memiliki sisi baik dan buruk yang sama.
Saya senang sekali membantu, namun saya tidak pernah ingin tahu mengenai privasi orang lain yang tidak terlalu saya kenal sangat dekat.
Bagi saya cuma buang ludah membicarakan dan mengurusi itu. Mungkin karena saya librans juga, saya tergolong acuh akan hal yang kurang penting, itu menekan saya.
Meskipun begitu, saya halus dan sensitif di dalam. Saya berhati-hati dalam urusan detail, tenang sekali. Marah pun terkadang tidak pernah tega. Saya terlalu lembut.
Senyum orang lain itu esensi hidup yang menarik. Saya tidak punya hak untuk menginterupsi keindahan senyum orang lain.
Jika harus marah saya lebih memilih berdebat. Terkadang saya keras kepala, tidak stabil, akhir-akhirnya mengalah karena lelah berdebat atau karena sifat tidak tegaan tadi.

Berbicara soal lahiriah, saya terlahir dengan rambut bergelombang, seperti rambut ibu. "Rambut adalah mahkota bagi wanita". Well, setidaknya ibu meletakkan sedikit pesonanya pada bagian ini untuk anak lelakinya.
Tapi saya sering mencoba berbagai model rambut, mulai dari botak, skinhead, harajuku, afro dll. Saya suka, saya ingin merasakan sensasi seni nya. Bukan untuk gaya, tapi nilai budaya. Tinggal model cornrows yang belum saya coba.
Alis saya tebal mirip alis ibu juga. Alis adalah bagian wajah yang saya suka. Saya sering memain-mainkannya ketika bicara, daya pikatnya kuat.
Mata saya slindris, sejak kelas 4 SD seharusnya saya memakai kacamata. Tetapi saya tidak merasa nyaman mengenakan kacamata. Mata ini kata sebagian orang mirip mata alm. nenek (ibunda ayah saya).
Tidak terlalu tajam dan tatapannya tulus, sehingga mudah bagi orang lain untuk menilai pikiran saya. Sungguh, mata ini tidak pandai berbohong.
Telinga saya cukup besar. Saya pernah disebut anak pintar "kamu pasti pintar ya disekolah? soalnya kupingnya besar" oleh seorng tak dikenal ketika kecil sedang bermain di taman gedung sate.
Apa hubungannya dengan kepintaran? Nonsens. Tapi saya akui, telinga ini menyimpan rapi dari apa yang saya dengar. Otak saya mungkin lupa, tapi telinga ini mempunyai "red-signal" untuk me-review hal-hal yang sudah lewat.
Lalu hidung. Hidung saya rada mancung mirip alm. nenek juga. Beruntung sekali, karena adik-adik saya tidak semancung ini. Stay limited, haha.
Bibir saya tebal, seperti bibir ibu. Saya suka menggigit bibir ini kadang-kadang, karena kenyal. Ya, saya suka kekenyalan dagingnya.
Saya memiliki dagu dengan shape serupa seperti dagu ayah, namun lembut tanpa janggut. Kapan saya punya janggut ya? Padahal sudah seperti bapak-bapak.
Leher saya jenjang mirip kedua orang tua, hanya saja minim daging. "Who cares? I'm a giraffe, i wanna eat leaves!"
Besar badan saya kurang ideal. Kurus genetika dari ayah. Saya sadar sering begadang dan berfikir mempengaruhi dan sangat menguras energi mengingat asupan akhir-akhir ini kurang seimbang.
Tangan saya panjang seperti ayah. Jemari panjang dan bentuk kuku cukup cantik seperti kuku ibu. Ini sangat memudahkan saya menggapai range-fret gitar.
Namun jari saya hanya sedikit berdaging, bea dan anis (teman kuliah) pernah memegang dan bilang jari saya aneh dan yang seperti ini jarang dimiliki "cowo".
Kulit saya coklat. Kalau hitam mungkin saya bakalan nyolong bank tiap malem karena tidak kelihatan, haha.

Otak, saya tidak pintar-pintar banget. Saya "clumsy". Tergolong ceroboh, minderan, pemikir, dan pelajar! haha ^^v
Kadang saya iri melihat orang pintar. Selalu tumbuh "desire" dan celetukan aneh di benak saya. "Elu pinter? gua juga bisa kok" atau apalah itu. Aneh pokoknya penuh tapi.
Tapi (tuh kan!), ga ada di dunia ini orang paling pintar. Kalau memang ada mungkin perang dunia bisa selesai dengan teori darwin.
Kalau memang ada orang paling pintar, mungkin dia bisa mencegah pembunuhan anak-anak yg ga bersalah dengan pendekatan karl marx.
Begitulah saya penuh perspektif dan akar-akar pertanyaan bodoh dengan jawaban positif maupun negatif yang sayapun "gatau" munculnya darimana, abaikan saja. Haha.

Saya dilahirkan dengan gaya yang aneh. Mungkin karena semasa kecil saya "disogokin" musik rock 'n roll dan "gede" ama om yang "OI! banget".
Tapi di sisi lain, saya harus mengadaptasi gaya yang menurut ibu fashionable.
Nah dilema lagi kan? Pusing kadang saya. Kalau tidak nurut salah, melawan kata hati juga salah.
Karena dua faktor tersebut, saya jadi terbiasa bersinergi memadukan setelan glamor nan oldies 80-an, dengan gaya yang menurut ibu itu modern di masa kekinian.
Kalau mau pergi dari rumah, rapi. Tapi setelah, diluar dilepas sesuai gaya yg saya inginkan.
Atau terkadang, hari ini saya mengenakan stelan merakyat yang "kucel abis" tapi menurut saya keren,
terus besoknya oldies, lusanya setelan anak musiman.
Berubah-ubah, sifat saya misterius sekali untuk saya. Dan, tidak stabil sekali lagi.
Sumpah kalau harus jujur, saya itu orangnya males pergi ke mall untuk belanja. Hmm..ke mall, itupun kalo dapet THR buat beli baju bagus taunan.
Setelan bagus pun banyaknya dikasih, ya kalau "gak" ayah ya ibu yang ngasih.  kalo gak dari someone stalker. Kadang ada aja begitu, "ojol-ojol".
Saya lebih senang menghabiskan waktu berjam-jam di cimol. Saya berani adu soal keunikan dan value nya.
Baju yang saya beli di cimol dengan om anto (adik ibu) cuma "3000 rupiah" bisa bikin saya serasa memakai cubitus saat SD.
Dan saya nyaman soal ini, saya merasa saya adalah anak paling beruntung di dunia,
karena saya beda dari temen-temen SD lainnya saat itu yang sok-sok an show-off pengen dibilang "paling mampu". Taik banget.

Soal orang lain mau ngomong "cowo macem apa dong kamu?". Saya bakal menunjuk otak saya memakai telunjuk kanan, dan "nunjuk" hati pakai telunjuk kiri.
Kalaupun dipaksa jawab, ya seperti kata Rekti di majalah suave yang dulu pernah saya baca, "saya membenci maskulinitas."
saya tidak tertarik dibilang macho melalui style. Kejantanan, macho, itu datangnya dari jiwa atau soul.
Soul bukan tentang ingin terlihat seperti apakah saya supaya terihat tampan? haha, kiss my ass, ain't really care about it!
Saya bisa kok dibilang ganteng, saya bisa mempesona tanpa harus maskulin kayak "bybnd".
Modal cermin saja sudah cukup untuk melihat sepantas apakah gaya saya hari ini bisa menopang sifat dan mood saya.

Done. Di blog selanjutnya nanti, saya akan membahas tentang gen yang mengalir di raga saya.
Yup, silsilah keluarga. Disana saya akan bercerita bagaimana darah seni bisa kental sekali melekat,
mengenai mengapa romantisme menjadi begitu penting bagi saya, lalu mengenai budaya keluarga saya.
Karena disitu faktor yang membuat mengapa kemauan saya ini sulit dimengerti, sampai sekarang.
Sehingga membuat saya hanya tertarik menjalin chemistry dengan sahabat-sahabat/pasangan hidup yang suka petualangan,
untuk berpetualang bersama membantu saya mengenal siapa "si berubah-ubah" di dalam sifat saya.

Saturday, June 2, 2012

Rizki yang Baik: 19 Oktober 1990

Ruh baru, terlahir dari pernikahan dua insan dan kepercayaan dari Rabb. Seorang lelaki kalem, tekun, dan menjunjung tinggi jiwa kesederhanaan meminang seorang wanita seniman sunda yang periang dan humoris. Mereka saling mengucap janji setia pada 20 November 1989. Ya, mereka adalah ayah dan ibu kandung saya. Dalam perjalanan cintanya, mereka di anugerahkan 4 orang buah hati sampai saat ini.

 

Nama saya Okky Khairurrizky. Saya lahir di sebuah rumah sakit di daerah Bandung yang sekarang terkenal karena di sebrangnya ada kaki lima yang menjual bebek goreng. Sekilas seperti judul lagu sebuah band fenomenal, saya lahir pada tanggal 19 Oktober 1990. Bandung, 19 Oktober.

 

Ibu bilang, Okky adalah singkatan dari nama bulan lahir saya. Dimana bulan Oktober menjadi bulan yang membahagiakan bagi kedua orang tua saya, karena saya lahir sebagai awal dari keturunan mereka berdua. Lalu kenapa nama belakang saya Khairurrizky? Ayah bilang, nama ini di dedikasikan untuk sebuah rizki akan betapa beruntungnya ayah mendapatkan wanita seperti ibu. Khair adalah bahasa arab yang artinya "baik". Rizqan atau rizki merupakan rezeki. Yang terbesit saat itu di benak ayah adalah kata khairul dan rizki. Beliau lalu menggabungkan keduanya dengan mengganti L menjadi R karena dalam tata bahasa arab "khairulrizki" tidak bisa disambung. Jika ingin disambung "lam" harus menjadi "ra". Selain itu, ayah mengganti I menjadi Y agar lebih modern katanya. Dan selesai, nama Okky Khairurrizky terpampang di akta kelahiran saya.

 

Nama yang susah bukan? Hmm.. Tak jarang banyak yang selalu salah menyebut nama saya. Yang menarik, saat kelas 3 SD ketika absen saya tiba, bu guru dengan enteng memanggil nama saya Okky Khairunnisa. Kebetulan nama saya terletak diatas Qoirunnisa, haha. Teman kecil saya yang bernama Runi.

 

Berbicara mengenai siapa saya, saya merupakan anak pertama dari 4 bersaudara. Saya kakak dari ketiga adik saya. Saya terlahir sehat, tinggi, namun tidak gemuk. Saya sangat menyayangi ibu, beliau orang terdekat bagi saya sampai detik ini. Ketika balita, tiap hendak tidur saya selalu memegang perut ibu. Pikiran polos kecil saya yang selalu berharap memiliki adik sebangun dari tidur. Saat kecil, saya selalu menjadi juri penengah dari ayah dan ibu yang sedang menonton TV. Mereka berdua menebak-nebak jawaban sebuah tayangan quiz malam, tetapi saya yang menentukan pemenangnya. Kita bertiga tertawa, saling menggelitiki dan hangat sebagai keluarga kecil yang sederhana.

 

Saya terlahir melankolis. Entah, sepertinya memang bawaan ayah yang analitis, rigid dan bawaan ibu yang artistik, ingin serba perfect karena beliau seniman. Dari gabungan sifat tersebut dan dari cinta mereka, saya mempelajari arti romantisme. Saya tumbuh dengan rasa ingin tahu yang tinggi, "eager to learn". Saya sangat gemar mengacak-acak keindahan dari segala perspektif di sekeliling saya, saya ingin tahu apa roman yang membentuk keindahan tersebut. Misalnya bunga, selalu timbul pertanyaan kok bunga nunjukin perasaan org? perjalanan cinta bunga ini gimana ya? Kok bisa jadi tanda cinta? Emang mereka punya kisah cinta yang indah ya? Dan makin timbul mengakar tentang pertanyaan-pertanyaan bodoh lainnya di pikiran saya untuk tahu pasti akan keberadaan romantisme di apapun itu dan bagaimana membentuknya. Sulit dimengerti sifat saya ini.

 

Selanjutnya, saya akan membahas mengenai asal-usul keluarga, masa kecil saya, sampai kisah sekarang mengenai warta, asa, persahabatan dan gelora muda yang hinggap di noktah kenangan saya. Anggap saja ini mini autobiografi tentang saya, hehe. Blog ini mungkin akan menjadi diary baru dan mainan baru. Saya ingin cerita semuanya disini, tapi saya tidak tahu pasti kapan akan melanjutkan ini. Karena saya kebetulan masih berkutat dengan kewajiban sebagai mahasiswa tingkat akhir. Tapi saya pasti menambahkan cerita, sekitar 1 atau 2 minggu mungkin akan bertambah satu-persatu (keep my words).